Sejarah pendidikan telah mencatat bahwa dalam pelaksanaan pendidikan pasti memiliki cara-cara tertentu. Cara yang dilakukan biasanya tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Cara yang dimaksud disebut dengan metode pendidikan. Sebenarnya metode pendidikan ini cukup banyak yang tidak mungkin dijelaskan satupersatu. Ada metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, resitasi, drill, problem solving, karya wisata dan seterusnya. Metode-metode tersebut sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan, dan tidak asing lagi bagi tenaga pendidik. Seolah-olah ini adalah karya murni dalam dunia pendidikan umum. Padahal bisa ditelusuri lebih mendalam dalam kajian tarbawi melalui Alquran dan hadis, ternyata bisa ditemukan melalui banyak cara, seperti metode tanya jawab dan diskusi, banyak dicontohkan para Nabi ketika memberikan pendidikan kepada umatnya, kepada para pembangkangnya, bahkan antara Nabi dengan Nabi (seperti Nabi Musa dengan Nabi Haidir), dan banyak juga dicontohkan Rasulullah saw. dalam mendidik anak-anaknya. Kajian terhadap berbagai cara menyampaikan materi pelajaran tersebut bisa ditelusuri melalui tafsir tarbawi, yang disebut dengan wawasan Alquran terhadap metode pendidikan terutama tafsir ayat Alquran yang menunjukkan tentang metode pendidikan di antaranya ada dalam surat al-Maidah ayat 67, yang berbunyi;
۞ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ ٦٧
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir (Qs. AlMaidah;67).
Pada surat al-Maidah di atas (ayat 67) sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa pada awalnya Nabi Muhammad saw. merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabiannya. Namun karena ada dukungan langsung dari Allah, maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah swt sebagai pihak memberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan risalah. Nabi Muhammad tidak sendiri, di belakangnya ada semangat yang agung, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah swt. begitupun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi, sebab materi penyampaian tersebut merupakan pewaris nilai yang agung, hal inilah yang harus diberikan.
Berdasarkan pada tafsir di atas, penulis menganalisis bahwa bentuk gambaran di atas merupakan gambaran berupa metode dakwah. Menurut M.Quraish Shihab bahwa tafsir al-Maidah ayat 67 di atas merupakan dakwah yang bersifat seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, kemudian dakwah dalam tafsir tersebut memuat empat inti, yakni, pertama, ajakan ke jalan Allah swt. kedua, dilaksanakan secara berorganisasi, ketiga, kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah swt. dan keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau jama’ah. Sedangkan materi dakwah adalah semua ajaran Islam yang mencakup akidah, syariat dan akhlak, sedangkan dakwah berfungsi untuk mentransformasikan nilai-nilai agama kepada mad’u (terpanggil) agar mereka hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam Alquran, istilah dakwah diungkapkan dalam bentuk fi’il (kata kerja) maupun masdar (asal kalimat) sebanyak lebih dari seratus kata. Alquran menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan risiko masing-masing pilihan. Dalam Alquran dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Di samping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda. Menurut analisis pemakalah bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya untuk saling mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran dan kesabaran. Kemudian menurut analisis pemakalah bahwa metode dakwah dalam implementasinya terhadap pendidikan, seorang guru harus memperhatikan Langkah-langkah dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang menggunakan metode dakwah, di antaranya adalah;
1) Guru sebaiknya merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan artinya bahwa metode dakwah harus relevan dengan alat yang digunakan dalam media pembelajaran seperti pada penggunaan alat peraga;
2) Guru sebaiknya menunjukkan cara pelaksanaan metode demonstrasi sebelum menggunakan metode dakwah;
3) Guru sebaiknya menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk demonstrasi berbasis dakwah dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak untuk meniru;
4) Anak harus memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut
5) Guru sebaiknya memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan, baik bila anak berhasil maupun kurang berhasil.
Berdasarkan pada hasil pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Tafsir ayat Alquran mengenai metode pendidikan ada pada surat; Al-Maidah ayat 67, di mana ayat ini menggambarkan tentang metode dakwah. Karenanya implementasi metode dakwah dalam dunia pendidikan khususnya pada proses belajar-mengajar, guru harus lebih mengedepankan aspek pemberian motivasi, agar anak didik dapat meningkatkan aktivitas belajar yang lebih baik lagi.
Referensi:
Al-Habsy, Husen, Kamus Arab Lengkap. Bangil YAPPI, 1989.
Arifin,M, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa, 1991. Ar-Razi,
Fakhruddin, Tafsir al-Kabir (tafsir ar-Razi mafatihu alGhaib.
Beirut: Dar al-Fikr, 1981. Disdakmen ‘Aisyiyah Keputrian, Pendidikan Budi Pekerti Bangsa. Yogyakarta: Muhammadiyah Press, 2010.
Fuadi Abdul Baqi,Muhammad, Tafsir al-Mufassir fi Bayani at-Tahkim. Beirut; Dár alKutub, tt.
Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Omar, Falsafah Pendidikan Islam Cet.I Jakarta: Bulan Bintang, t.t.
Quraish Shihab,M, Membumikan Alquran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1996.